VISI DAN MISI

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2021 – 2026, Visi Kepala Daerah adalah :

“Terwujudnya Kutai Kartanegara yang Sejahteradan Berbahagia”.

Visi tersebut diterjemahkan ke dalam 5 Misi, yaitu :

Misi 1     :      Memantapkan Birokrasi Yang Bersih, Efektif, Efisien Dan Melayani

Misi 2     :      Meningkatkan Pembangunan Sumber Daya Manusia Yang Berakhlak Mulia, Unggul Dan Berbudaya

Misi 3     :      Memperkuat Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Misi 4     :      Meningkatkan Kualitas Layanan Infrastruktur Dasar Dan Konektivitas Antar Wilayah

Misi 5     :      Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berwawasan Lingkungan

Dari ke 5 (lima) Misi tersebut diatas, satu diantaranya  terkait dengan pengembangan sektor pertanian, termasuk kelautan dan perikanan. Misi dimaksud adalah Misi yang ke 3 (tiga) yaitu

Memperkuat Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif”.

Pembangunan perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian diharapkan dapat mendorong upaya untuk menghilangkan ketergantungan terhadap sumberdaya yang tidak dapat diperharui dengan cara meningkatkan inovasi dan teknologi. Dalam misi ke 3 (tiga), terdapat program-program dedikasi, dimana Sektor Kelautan dan Perikanan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program :

“Pembangunan Pertanian Berbasis Kawasan” dengan tugas utama adalah :

Fasilitasi sarana dan prasarana 25.000 Nelayan & Pembudidaya Perikanan Produktif dalam upaya peningkatan produksi dan akses pemasaran. Visi, Misi, Program Dedikasi yang fokus terhadap pemberdayaan pelaku usaha perikanan dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas sejalan dengan upaya mengatasi permasalahan seperti yang telah dijabarkan pada point sebelumnya. Tugas dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara  terhadap Visi, Misi, Program Dedikasi tersebut dituangkan ke dalam Program dan Kegiatan.

Dominannya sektor Pertambangan (Migas dan Batubara) dalam struktur ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara, dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik oleh karena sektor tersebut tidak dapat diperbaharui, serta juga merupakan komoditi yang tidak stabil karena mengikuti harga pasar dunia.Terpuruknya penerimaan Kabupaten Kutai Kartanegara sejak tahun 2016-2018 sebagai akibat dari anjloknya harga Minyak dan batubara dipasaran internasional.Tantangan besar ini dijawab dengan merubah arah kebijakan dengan mengedepankan sector pertanian sebagai pilar perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dalam pencapaian Visi dan Misi Bupati Kutai Kartanegara, terdapat beberapa Faktor penghambat dan faktor pendorong yang teridentifikasi yang dapat mempengaruhi pencapaian Visi dan Misi tersebut. Faktor-faktor penghambat dimaksud adalah :

  • Kapasitas SDM Nelayan dan Pembudidaya Ikan masih rendah. Dengan tingkat pendidikan masyarakat perikanan rata-rata lulusan sekolah dasar dan regenerasi terhadap profesi nelayan maupun pembudidaya ikan tidak berjalan (usia masyarakat perikanan yang produktif rata-rata diatas 40 Tahun), maka produktifitas akan sangat sulit ditingkatkan.
  • Biaya Produksi yang tinggi. Keterbatasan Sarana Produksi (Pakan Ikan, Benih Ikan, Alat dan Kapal Tangkap Ikan) mengakibatkan biaya produksi sangat tinggi. Hal tersebut berdampak pada daya saing produk perikanan yang dihasilkan. Pakan Ikan Masih sangat tergantung pada pakan pabrik, Benih dan Indukan Unggul Berasal dari Luar Daerah, Harga kapal penangkapan ikan semakin mahal karena sulitnya memperoleh bahan baku (Ketersediaan Kayu terbatas), danPola Usaha Menyebar.
  • Prasarana Produksi (BBI, Hatchery, TPI, Pabrik Es, SPBN) terbatas, karena Sulitnya mencari Lokasi Baru yang ideal untuk BBI, Kapasiatas Hatchery yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan benur masyarakat, Belum tersedia pasar benih ikan untuk mengontrol suplay dan kwalitas benih ikan di masyarakat, Ketersediaan SPBN masih jauh dari ideal, sehingga nelayan kesulitan mendapatkan bahan bakar yang terjangkau, Ketersediaan Listrik dan Air Bersih sebagai syarat utam pendirian pabrik es pada wilayah Pemukiman nelayan sangat terbatas dan Penyediaan TPI masih terkendala lahan serta Dokumen Perencanaannya.
  • Kapasitas usaha Masyarakat mayoritas berskala Kecil dikarenakan, akses terhadap Perbankan terbatas dan pengetahuan terhadap pola kemitraan rendah.
  • Kelembagaan (Kelompok yg terbentuk) Dominan Kelas Pemula dikarenakan, kecenderungan membentuk kelompok karena kebutuhan pengajuan proposal bantuan dan kurangnya pembinaan karena keterbatasan tenaga penyuluh perikanan.

Sedangkan Faktor-faktor pendorong dimaksud adalah:

  • Sumber daya Aparatur Dinas Kelautan dan Perikanan didominasi oleh tenaga dengan latar belaksang pendidikan Sarjana Perikanan.
  • Potensi Perairan sebagai area budidaya masih besar, sehingga ekstensifikasi usaha budidaya masih sangat mungkin untuk dilakukan.
  • Harga jual relative lebih stabil.
  • Stock ikan pada Daerah fishing ground > 4 Mill di perairan laut masih besar.
  • Keberpihakan Pemerintah Daerah dalam mendukung usaha dibidang budidaya ikan dan usaha penangkapan ikan melalui kebijakan alokasi anggaran cukup tinggi.
  • Keterlibatan pihak ketiga atau pihak swasta (perusahaan) yang cukup intens melalui program TJSP, yang dibuktikan dengan terbentuknya forum TJSP dimana forum tersebut bersama-sama dengan pemerintah daerah melalui OPD terkait merumuskan program kegiatan secara bersama-sama.

Peluang pasar yang sangat tinggi dengan ditetapkannya Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai IKN, sehingga merangsang masyarakat untuk berupaya dibidang perikanan